blog how to, blog trick, blog tips, tutorial blog, blog hack

06/06/2010

Gairah Seorang Tante Girang | Part 2

--- PART II ---

Pagi hari, sudah tampak kesibukan dirumah itu, terbangun aku karena mendengar teriakan2 dari Mita dan Maya, biasa dirumah denger suara burung pagi2, disini malah dengar teriakan orang !, bangun aku dari ranjang, duduk, kulirik jam menunjukkan pukul 6.25, mataku menatap lurus ke arah cermin, “Set dah, jelek banget gw yak ? udah muka kucel, beminyak, rambut awut2an, bau lagi !.bisa2 kalo ketemu cewek2 dibawah, mereka pada melengos, kalo mereka jelek sih masih bisa cuek, kita bisa bales melengos lagi sambil buang dahak, nah ini kan cakep2, bisa makin minder kita.

Jadi inget kalo dirumah, bangun langsung ke dapur, bikin kopi. Sementara antri nungguin kamar mandi kosong, ngopi sambil ngudud sebatang, sukur2 ada singkong goreng atawa pisang goreng, begitu perut udah agak berat en pantat kaya ada yg pengen ngedesek keluar, buru2 masuk kamar mandi. Kalo bangun telat, nyeruput kopi punya babe, terus langsung masuk kamar mandi, pake baju, berangkat sambil ngisep rokok dah.

Selesai mandi dan berpakaian, aku menyiapkan tas dengan isi berkas2 yang sekiranya mungkin nanti diperlukan pada hari pertama kerjaku ini, setidaknya aku harus menimbulkan kesan pertama yang baik. Beberes kamar sekenanya, toh mungkin nanti bi iyem juga akan membereskannya lagi, yang penting gak keliatan berantakan banget.
Aku berjalan menuju lantai bawah, kulihat Bi Iyem sedang berdiri disamping meja makan, sambil memegang piring, dan menaruhnya dimeja (bukan lagi marah2 mo ngelempar piring !, emang bini elo, kalo curiga elo gak pulang semalaman !)

Kulihat Tante Mala sedang duduk dimeja makan, belum mandi tampaknya, masih pake daster yang semalam kulihat, kusapa beliau, “Pagi Tante”, kataku, “Pagi Fandi, kirain kamu belum bangun, baru aja Tante mau menyuruh bi Iyem bangunin kamu, kamu malah sudah rapi”, sahut tanteku. “emangnya kmu masuk jam berapa ?” tanya tanteku. “Masuk jam 8 Tan, cuma saya sekalian pengen ngukur waktu aja, takut telat. Kata Moza sih, waktu kami semalam ngobrol, sekitar setengah jam dari sini Tan, tapi jaga2 aja takut macet” jawabku lagi, “Ya udah, kamu sarapan aja dulu, masih lama kok, belum juga jam 7” kata tanteku lagi sambil menyuruhku duduk disebelahnya.

Sambil menarik kursi, selintas mataku melihat kearah tanteku, duh belum mandi kok cakep banget sih, malah menunjukkan penampilan aslinya. Segar, putih, mulus, jelas terpancar dari wajahnya, namun yang bikin aku ingin menatapnya lama-lama adalah belahan dadanya itu, ampun mak, rasanya pengen nyomot aja, jadi inget kue apem yang dijual mpok Ros di ujung gang rumahku. Cepat2 aku alihkan pandanganku darinya, menatap ke arah meja makan. Daripada nanti si Dede bangun, trus pamitan masih ngejendol gede celana gw, mendingan gw tahan dulu deh.

Begitulah awal cerita aku mengenal keluarga tanteku itu, hari demi hari kulalui, semuanya terasa biasa, kami menjadi semakin akrab. Tante Mala sudah menganggap aku sebagai anaknya, dan anak-anak Tante Mala juga sudah menganggap aku sebagai kakak mereka. Tak terasa 3 bulan sudah berlalu, Om Mirza pun sudah akrab denganku, kadang kami ngobrol soal keluarga, pekerjaan, hobby, dan apapun yang dirasa enak untuk dijadikan bahan pembicaraan.
Beliau serta merta juga memintaku untuk menjaga keluarganya, maklum, kalau beliau sedang pergi untuk urusan bisnis kadang sampai beberapa minggu, dirumah ini hanya akulah laki-laki satu2nya.

Keakrabanku dengan Tante Mala layaknya sebagai anak dan ibu, tak sungkan beliau memintaku untuk menemani dan mengantarnya ke tempat yang dia inginkan, hanya untuk sekedar belanja, atau ke rumah teman beliau, arisan. Begitu pula dengan anak2 mereka, kadang kami ngobrol di ruang keluarga beramai-ramai, saling cekakak-cekikik, saling menggoda satu sama lain. Bisa dibilang keberadaanku dirumah itu juga menambah suasana baru bagi keluarga Tante Mala.

Pekerjaan yang kujalani banyak menuntut waktu dariku, kadang aku pulang larut untuk mengejar deadline pekerjaan klien. Kadang aku juga bisa pulang cepat apabila pekerjaanku telah selesai sebelum deadline. Waktuku lebih banyak dihabiskan di kantor, apabila libur atau weekend, aku lebih sering berada dirumah, sekedar membantu beberes rumah, atau memperbaiki sesuatu yang dirasa lebih baik yang mengerjakannya adalah seorang lelaki.

Hari Jumat, jam 1 siang , aku pulang cepat, siang itu memang terik sekali, panas menerpa, malas rasanya aku mikir untuk mengerjakan tugas yang diberikan kantor, walaupun di ruanganku menggunakan AC sepertinya tidak mampu untuk menghalangi panasnya udara.
Tiba dirumah, kulihat rumah dalam keadaan sepi, kulihat hanya satu mobil terparkir digarasi, mobil tanteku, oh ya perlu diketahui, bahwa dirumah ini mobil semuanya ada 4, satu mobil dipakai Omku, yang memang jarang ada, satu tanteku, satu untuk Moza, satu dipakai Mita, sedangkan Maya karena masih SMP belum dibelikan ayahnya, walaupun tampaknya dia sudah mahir menyetir mobil. Sedangkan aku sendiri ?, ya ngangkotlah !, emang lu kira gw siapa ?.. hehehe.. tau dirilah dikit.

aku masuk lewat pintu samping yang langsung menuju dapur, melewati pintu dapur, sebelah kanan adalah kamar Bi Iyem, pintu kamar tertutup rapat, aku menuju meja makan, menaruh tasku dan membuka tudung saji untuk melihat menu masakan hari ini. Hmm.. enak nih... sahutku dalam hati. Aku kembali melangkah ke dapur, mengambil piring dan minum, begitu berbalik hendak kembali ke meja makan, bi iyem telah berdiri didepanku, “Duh Den, kirain siapa, ngagetin bibi aja den” sahutnya sambil mengelus2 dada, “Kirain bibi kucing atau siapa, kok tumben den udah pulang ?” katanya lagi, “Iya bi, lagi males kerja nih, capek kerja mulu“ sahutku sambil tersenyum padanya. “Ya udah bi, saya makan dulu, bibi lanjutin aja istirahatnya, biar saya sendiri aja” kataku lagi.
Bi iyem mengiyakan, keliatannya dia lelah sekali, maklumlah dirumah ini hanya dia sendiri yang melayani segala kebutuhan majikannya. Sebelum aku melangkah kembali, sempat aku menanyakan kepadanya, kemana orang-orang penghuni rumah ini. “Ibu ada diatas Den, mungkin sedang tidur siang, Non Moza baru berangkat jam 12 tadi ke kampus, Non Mita dan Non Maya belum pulang sekolah den”. Jawabnya.

Biasa deh, si Mita belom pulang, palingan juga dia jalan ma cowok barunya, biasalah anak SMA, kalo gak ke Mall yang nongkrong dirumah salah satu temannya, memang kulihat si Mita akhir2 ini semenjak pacaran dengan cowok barunya, pulang selalu telat, nanti begitu dimarahin ma Mamanya, alesannya ada aja, yang bilang pelajaran tambahanlah, ekskul, belajar bersama, dsb.

Maya lain lagi, dengan badannya yang bongsor itu, ditambah dengan hobinya main basket, alesannya latihan, karena mau ada class-meeting disekolahnya, sekaligus mo ada kejuaraan antar sekolah, dah makin sore aja dia pulangnya, sekarang tuh anak kayaknya lagi kecentilan, pasti dia lagi naksir ma salah satu temen sekolahnya. Hmm, kalo mamanya tau, pasti dia dimarahin abis2an, “belom boleh pacaran kalo belum 17”, kata mamanya.

Selesai makan, aku bermaksud untuk istirahat, lumayan hari masih panjang, mungkin aku bisa tidur sampe sore nanti, sambil membawa tas yang aku taruh dimeja tadi, aku menaiki tangga menuju ruang kamarku diatas. Hendak melewati kamar tante Mala, kulihat pintu kamar terbuka lebar, memang aku tahu, bahwa Tante Mala, apabila Om Mirza tidak ada dirumah, Tanteku selalu tidur dengan pintu kamar terbuka, dan selalu teve dalam keadaan menyala, tidak siang tidak malam, alasannya takut. Dan lagi jika dia tidur, selalu pulas, seolah2 lepas beban, jangankan digoyang2 untuk dibangunkan, apalagi baru sebentar tidurnya, ada gempa bumipun dia belum tentu kebangun, sambil cengengesan si Maya pernah mengomentarinya.

Ya ampun, tertegun aku menatap kedalam kamar tante Mala, kulihat dia tidur dalam keadaan tanpa baju alias bugil, gil, hanya selimut tipis yang menutupi sebagian badannya, memang dirumah ini semua kamar tidak menggunakan AC, ya maklumlah dikota B ini, udaranya cukup dingin sehingga jarang sekali rumah2 penduduk disini menggunakan pendingin ruangan. Apabila dimusim kemarau seperti saat ini, perbedaan suhu antara siang dan malam cukup besar, siang hari udara panas menyengat namun dimalam hari suhu udara sangat dingin dengan angin yang cukup kencang.
Kuketahui dari pembicaraan sebelum berangkat kerja, beliau pagi ini hendak mengikuti senam pagi massal dan dilanjutkan dengan kegiatan sosial bersama ibu-ibu dilingkungan RW sini. Mungkin beliau tadi lelah dan kegerahan, sehingga dengan suhu udara yang cukup panas ini, untuk menyegarkan badan kembali, beliau mandi, mungkin malas memakai baju karena takut gerah kembali, maka beliau memutuskan untuk rebahan dulu, namun kebablasan pules. Celakanya, mungkin ini adalah hari baikku atau memang sedang Tante Mala yang lagi apes, baru sekali ini aku melihat dia dalam keadaan polos, kalo sekedar melihat belahan, selangkangan beliau, mungkin itu adalah santapan harian aku, kadang memang aku suka, malah sering, membayangkan tubuh polos tanteku ini. Dan hari inilah tanpa diduga dan disangka apa yang selama ini hanya berada dalam angan2ku tergambar jelas dimataku.

Entah apa yang ada diotakku saat itu, pemandangan itu membuatku berdebar, didalam hati mungkin ada rasa takut yang menghinggapi, mengajak aku untuk segera pergi dari situ, takut tanteku terbangun dan melihat aku sedang menatapnya dalam kondisi demikian, dan ada rasa lain yang melarang aku untuk pergi, serta menyuruh aku untuk menikmati pemandangan yang jarang aku lihat ini.
Sesuatu didalam celanaku semakin lama semakin membesar dan tegang, berat rasanya kakiku untuk pergi meninggalkan keindahan ini. Tangan kiriku yang sedang memegang tas kerjaku secara reflek mengarahkan tas untuk menutupi dan tangan kananku yang bebas, tanpa diberi komando sepertinya menjadi katalis untuk membantu reaksi kimia yang terjadi, dengan mengelus-elus burungku ini.
Beberapa saat semua ini kubiarkan terjadi, seperti ada keengganan untuk menghentikannya, namun tanpa diduga, kulihat badan Tante Mala bergerak, secara reflek dalam keterkejutanku aku menghindar cepat, supaya aku tidak terlihat olehnya. Bergegas aku menuju kamarku, dengan langkah tanpa suara.

Kututup pintu rapat2, dengan hati berdebar, menunggu apa yang selanjutnya terjadi, semenit... dua menit... tidak ada suara ataupun langkah2 mendekat, aku menghela napas, memikirkan semua yang baru terjadi, hmm, jangan2 Tante Mala tahu aku mengintipnya ? atau dia tidak tahu, badannya bergerak hanya sekedar merubah posisi tidur ?. ada keinginanku untuk segera kembali ke ruangan Tante Mala dan melihat bagaimana situasi terakhir, kalo beliau masih tidur kan aku bisa menikmati keindahan itu lagi ?, tapi kalo beliau sudah bangun dan melihatku dalam kondisi demikian, bisa2 aku malu !. Tapi bagaimana dengan pemandangan indah disana yang aku sia-siakan untuk tidak melihatnya ? makin memikirkannya makin tegang kembali dedeku.

Tanpa diperintah, otakku mulai menerawang jauh, menghayalkan bagaimana aku tiba2 dipanggil oleh Tante Mala, kemudian Tante Mala menyuruhku masuk kekamarnya, menyuruh aku untuk tutup pintu dan menguncinya, kemudian dia menghampiriku yang masih tertegun melihatnya bugil, memelukku, menciumi bibirku bertubi2, membuka kemejaku secara kasar, memeloroti celana dalamku, meremas2 buah zakarku, memegang batang kemaluanku, menciumi serta mengulumnya, kemudian menarikku ke atas ranjang, dan memelas kepadaku untuk segera menyetubuhinya.
Dengan telentang diatas kasur, sambil memegang dan meremas kedua payudaranya yang besar dengan tangan kirinya berganti2, dibukanya pahanya lebar-lebar, memperlihatkan lobang kemaluannya yang begitu indah, dengan diatasnya ditumbuhi hutan yang lebat, meraba dan mengelus2nya dengan tangan kanannya, menatapku dengan pandangan mata sayu dan memintaku dengan sangat untuk memasukkan kemaluanku kedalam vaginanya.
Membayangkan bagaimana kemaluanku keluar masuk kedalam vaginanya, tanganku mulai mengurut, makin lama makin kencang, selang beberapa lama kemudian, aku melepaskan semua hasrat birahiku, memuntahkan lahar panas, demi menuntaskan keinginan yang terpendam.
Lemas.

0 comments:

Post a Comment

 

© Black Newspaper Copyright by Wanita Yang Haus Seks | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks