blog how to, blog trick, blog tips, tutorial blog, blog hack

07/06/2010

Gairah Seorang Tante Girang | Part 3

--- PART 3 ---

Bangun setelah tidur siang, jam 7 malam, kudengar sayup2 ramai pembicaraan orang dibawah, malas aku untuk mandi, “nanti aja ah” pikirku. Kubasuh mukaku dan segera menuju ruang bawah, lengkap sudah semua, Tante Mala, dan anak-anaknya. Sang tante tampak sedang berbicara, sedangkan ketiga anaknya nampak cuek, pura2 mendengarkan namun mata tak lepas dari televisi.
Duh, jangan2 mereka sedang dimarahi nih, kalo aku turun kebawah, jangan2 keadaan makin runyam, bisa2 malah aku ikutan disemprot !. ragu aku untuk meneruskan langkah kakiku, niatku adalah berbalik kembali kekamar, namun baru aku menghentikan langkahku, mata tanteku memandang ke atas, memandang ke arah diriku.

“Fan, duh kamu, akhirnya bangun juga...., sini Fan “ Sapa Tanteku dan sambil melambai kearahku, mau tak mau aku bergerak menuruni tangga dan menghampirimya, berdebar hatiku, jangan2 aku disidang nih, gara2 peristiwa melihat penampakan tadi. “Fan, kamu antar Maya yah, dia katanya minta diantar ke toko buku, ada buku yang harus dibeli, karena ada tugas yang harus dikerjakan”, kata Tanteku kemudian. “Mau nyuruh Moza, dia bilang cape, baru pulang, Si Mita sama aja, banyak alesan, lagian si Maya, bukannya dari kemaren2 bilangnya, malah ngedadak gini, tadinya mau sama Tante, tapi kayaknya Tante kurang enak badan nih Fan, kmu mau kan ?” sambungnya lagi. “Iya Tante, boleh” jawabku, dalam hati aku bersyukur, bukan peristiwa tadi yang jadi pokok pembahasan. “Kamu pake mobil aja “ katanya lebih lanjut.

Tanpa mandi, aku segera berangkat mengantar Maya menuju toko buku, mulanya aku hendak mandi dulu, tapi Maya mendesakku supaya segera berangkat, “takut tutup tokonya” katanya, memang disini biasanya mall2 atau toko2 tutup jam 9 malam, dari rumah jam 7 lewat, perjalanan kesana memerlukan waktu satu jam. Masuk akal. Tapi dengan resiko aku tidak mengantarnya masuk, hanya menunggu dimobil, daripada nanti ada cewek ketemu disana terus ke-bau-an ma aku ? gak la yau !. mendingan nunggu di mobil sambil ngudud.

Selama perjalanan pergi, tidak banyak kami berbicara, mungkin karena aku juga masih mengantuk, nyawa belum lengkap sedangkan Maya juga masih Bete, mungkin karena capek ngerayu mama dan kakaknya, keliatan dari mimik mulutnya yang masih manyun.
Keluar dari toko buku jam 9 lewat, udah nunggunya lama, alesannya nyari bukunya susah, trus sempet2nya dia minta mampir ke temennya sebentar buat ngambil fotocopy tugas!, lah.. emang di sekolah ngapain aja neng ? jangan2 cuman cekakak cekikik doang. Sambil lirik2 cowok. Boro2 nyimak pelajaran !.

“Cieeee, barusan cowok kamu ya May ?, bilang aja kangen, mo ketemu, pake pura2 ngambil fotocopy segala !” godaku tatkala dia baru duduk disampingku, “Ih Aa, sapa juga yang punya cowok ?, gak kaleeee” sahutnya sambil mencubit pinggangku, namun kulihat dari raut wajahnya tampak tersenyum malu, “Iya juga gpp kok, gak bakal deh diaduin ma mama” kataku sambil mengedipkan mata. “Cerita-cerita dong ? rahasia dijamin deh”, kataku lagi, “ngambil fotocopy kok lama bener, jangan2 ngapa2in dulu nih di dalem !” godaku sambil ngakak. “Yee... mo tauuu aja deh “ jawabnya sambil memonyongkan mulutnya dan berusaha memalingkan mukanya ke kaca mobil disebelahnya, padahal kulihat gelap keadaan diluar sana, mo liat apaan ?.

“Ah sini coba, Aa periksa badan kamu, biar Aa percaya “, kataku lagi sambil menggamit dagunya yang menghadap jendela, agar berpaling kearahku, “Ih, Aa,,, Apaan sih ? ” katanya sambil berusaha mengelak dari gamitanku.
“Tuh kan.... hayooo” kataku lagi menggodanya. “Tuh, bibirnya kenapa tuh ?, kok kaya yang sariawan ?” sambil menunjuk ke bibirnya. Pancinganku kena, maya mulai memegang bibirnya, dan memeriksanya, aku tertawa sambil melengos menjalankan mobil. “Ich Aa dasar nih... godain aja... “ katanya sambil cemberut dan memukul pundakku.

“May, Aa laper nih, kita cari makanan dulu yuk ?” ajakku kepadanya, memang sedari siang tadi aku belum makan lagi, tak terasa perutku udah membunyikan genderang perang, cacing2 diperutku tampaknya sudah berteriak minta pasokan upeti. Kalo dulu waktu SMA aku memang dikenal dikelompokku atau gengku sebagai jarkem yang artinya “Jarang Keme” alias jarang makan, gengku ada belasan orang, terdiri dari siswa2 berbagai kelas yang membentuk kelompok tersebut tanpa sengaja tentunya. Kalo misalnya ada dari salah satu anak mendapat kabar bahwa dikelasnya ada yang berulang tahun maka artinya semua diundang, padahal kagak.....hehehe..!
Maka berbondong-bondonglah kami kesana, dengan membawa slogan “Pasukan Berani Malu”, dengan harapan adanya perbaikan gizi. Begitu sampai disana tanpa tedeng aling2 biasanya kami langsung bergerak menuju ke tempat dimana tersedianya makanan, walaupun tanpa ada petunjuk panah yang bertuliskan “Konsumsi”, biasanya daya penciuman kami cukup handal. Sampe2 ada beberapa anak yang menjuluki geng kami sebagai GPK, yang artinya Gerakan Pengacau Konsumsi. Ngucapin selamet ultah mah, ntar ajah…

Maya semula menolak ajakanku, katanya takut kemalaman dan nanti gak bisa menyelesaikann tugasnya, tapi akhirnya dia setuju juga karena mungkin gak tega ngeliat Aa-nya yang memasang tampang memelas dan seolah2 mau pingsan. Aku membelokkan mobil menuju suatu daerah tempat dimana terkenal akan pusat jajanan di kota B ini, dan biasanya buka 24 jam. Yang sebelumnya telah disepakati oleh Aku dan Maya. Tempat itu merupakan daerah terbuka, dengan parkir luas, sebetulnya tempat itu lebih tepat merupakan lapangan, dengan kumpulan pedagang2 jajanan kaki lima yang berjejer di tepinya. Dan biasanya ditempat itu pada salah satu sisinya selalu diramaikan dengan adanya panggung yang menyuguhkan aneka musik khas anak muda.

Setelah susah mencari parkir, akhirnya aku dapat juga tempat parkir walaupun agak mojok. Aku turun dari mobil setelah berpesan pada Maya untuk menunggu sebentar, berkeliling sejenak mencari makanan mana yang kira2 cocok untuk perutku malam ini. Setelah memesan makanan akupun kembali menuju tempat dimana mobilku terletak, kulihat Maya duduk di jok sebelah belakang kanan dimobil, akupun menghampirinya dan menyenderkan badanku disebelahnya sambil mataku mengikuti pandangan mata Maya ke arah panggung. Tak lama pedagang makanan yang menunya kupesan pun datang menghampiri kami, tapi ya ampun, sambil garuk2 kepala, aku bilang pada Maya bahwa aku lupa untuk memesan minumannya. “Ya udah, aa makan aja duluan, biar Maya aja yg pesen minuman”, katanya serta beranjak dari mobil dan pergi menuju tempat dimana yang berjualan minuman berada. Aku menggantikan duduk dimana ia semula duduk, Sambil menunggu Maya, aku makan dengan beringasnya (hehe.. laper banget !) sampai makananku habis.
Mungkin sekitar 5 menit setelah selesai makan, Maya yang kutunggu sejak tadi barulah nongol, dengan cengengesan dan pasang muka tak berdosa sebelum kutanya mengapa ia lama, dia sudah menjawabnya dengan berkata “Sorry A lama, tadi ketemu temen Maya disana, jadi ngobrol dulu deh.. “, “Yee,,,, dasar, bukannya balik dulu kesini, Aa seret nih…” kataku sambil bersungut dan mengambil minuman yang disodorkannya. “Sorry A.. sorry…, Aa kan cakep dan baek “, katanya lagi merayu agar aku gak marah. “Ya udah, kamu makan aja dulu, tuh makanannya ntar keburu dingin “. Kataku sambil menunjuk piring yang dibelakangku.

“Ya udah, sini“, katanya lagi. Mulanya aku hendak membalikkan badanku dan mengambilkan Maya makanannya, namun tiba2 dia sudah mendahuluiku dengan mengangsurkan tangannya, melewati celah antara badanku dengan jok bangku depan, meraih piringnya dan mengambilnya. kontan aku memiringkan kepalaku untuk menghindari benturan kepalaku dengan kepalanya, dan hasilnya adalah sikuku menyenggol payudaranya. Empuk pisan….
Seolah tak menyadari hal itu, dan aku juga pura-pura tak sadar akan hal itu, Maya tiba2 mengambil posisi ditengah2 kedua pahaku, “Geseran dikit A, maya juga mo makan sambil nonton” katanya lagi. Dengan reflek aku membuka celah antara kedua pahaku, tanpa dipersilahkan maya mengambil posisi duduk diantara celah kedua pahaku itu. Awww…

Sambil menyuap makanannya, matanya tak mau lepas dari panggung yang menyuguhkan band, matanya sesekali menunduk melihat kearah piring dan kemudian kembali mengarahkannya ke depan, tak peduli dengan keberadaanku. Aku yang semula acuh dengan keberadaannya, malah ia sering kusebut sebagai anak kecil, kolokan atau yang sejenisnya, tapi entah mengapa, mungkin karena posisinya yang duduk mepet denganku sehingga otomatis bokongnya merapat kearah dimana posisi dedeku mengorbit. Posisi tangan kananku adalah memegang botol minuman ringan yang masih tersisa lebih dari setengahnya, sedangkan tangan kiriku yang memang bebas, seolah didorong oleh rasa yang entah darimana datangnya, dan entah sejak kapan, melingkar di pinggang adik sepupuku ini.

Selesai ia makan, aku melepaskan tanganku yang melingkar dipinggangnya dan berpindah ke dengkulnya, hal ini jelas aku maksudkan apabila dia hendak beranjak dari duduknya yg seperti ini, tidak terlihat keinginanku untuk menahannya. Tapi bukannya dia beranjak bangun dia malah menaruh piringnya dibawah kakinya, otomatis membuat dia membungkuk, saat itulah tanganku yang tepat berada diujung pahanya, berada dalam himpitan, antara pahanya dan dadanya, kenyal dan keras.

Duh…hal ini jelas membuat otakku jadi miring, pikiran jadi melayang, membayangkan bagaimana rasanya, melingkarkan tanganku dipinggangnya, memeluknya erat, memasukkan tanganku kedalam kemejanya, menelusup diantara celah kancingnya terus memasuki BHnya, meremas gundukan bukit kembar yang baru memperlihatkan tanda kedewasaannya itu dan menikmati sensasinya untuk beberapa saat…., tak terasa hal ini membuat sesuatu di dalam celanaku menjadi mekar dan keras. namun kubuang jauh2 pikiran itu.


“May, balik yuk ah..,udah malem nih, nanti mama nyariin”, kataku seraya berusaha bangun dan memintanya untuk berdiri. “Yah Aa, lagi nanggung nih, lagunya bagus, sebentar lagi ya A… Sebentaaaar aja…” katanya kepadaku. “Ya udah sebentar lagi ya ? ” kataku menuruti kemauannya dan bergerak kebelakang mobil, bersender di pinggir bagasi belakang yang akhirnya juga mengarahkan badan dan kepalaku ke arah panggung.


“Duh.. lagunya enak, tapi yang nyanyi gak keliatan nih !“ gumamnya entah kepada siapa ditujukan, memang dari posisinya duduk tidak begitu jelas terlihat, penyanyi maupun personel di panggung tersebut. Aku menoleh kepadanya sekilas, nampak iya bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke arahku, aku seolah tak perduli dan melihat kembali ke arah panggung yang saat itu diisi oleh seorang penyanyi yang menurutku cukup cantik untuk dilihat.
Maya berdiri tepat didepanku, sebentar menghalangi pandanganku kearah panggung, kemudian dia mundur merapat ke badanku, menyenderkan badannya dibadanku, dengan posisi membelakangiku, memandang kedepan kearah panggung.



Dalam posisi seperti itu, tanganku yang semula berada didada bersidakap, kontan merubah posisi, menjatuhkan lengan kesamping dan membiarkan punggung Maya bersandar bebas didadaku, disusul kemudian dengan pantat Maya yang bersandar tepat didepan kemaluanku.
Naluri kelakianku laksana dibangunkan, sesuatu didalam celanaku yang beberapa menit lalu berusaha untuk diam menetralisir keadaan, berbalik bangkit kembali. Terhenyak aku menikmati sensasi yang datang tiba-tiba, tanpa disadari tanganku yang berada disamping, bergerak untuk menyambut keadaan tersebut, merengkuh badan Maya dengan memeluk mengelilingi pinggangnya.


Sepulang kerja tadi aku memang belum mengganti pakaian kerjaku, jelas pada saat itu aku masih memakai celana panjang katun, yang biasanya aku pakai untuk kerja. Begitu juga dengan Maya, saat itu dia mengenakan kemeja jeans dengan celana pendek jeans ketat pasangannya, pas. Otakku yang pada saat itu mungkin sedang error, atau memang ada sensasi lain, kurasakan kemaluanku seolah tepat berada dibelahan pantatnya, menyeruak mencari penetrasi lebih jauh.
Posisi kami parkir memang pada saat itu berada dipojok, sehingga jarang ada orang lalu lalang dekat kami, didepan kami ada mobil diparkir sejajar dengan mobil kami, nampaknya kosong, mungkin penumpangnya turun semua untuk menyantap hidangan disalah satu tenda makan disitu, apa peduliku.


Dipanggung terdengar jelas sang penyanyi menyanyikan lagu “Eternal Flame”nya The Bangles, yang menambah suasana semakin menjadi, entahlah. Aku semakin terhanyut, pelukanku terhadap Maya semakin kupererat, entah disadari atau tidak, Maya malah merebahkan kepalanya disamping kepalaku, bersandar pada bahuku, membuat jenjang lehernya terbuka, menunduk sedikit saja, bibirku pasti mengenai lehernya.

Pergerakan demikian jelas seolah mengundangku ingin menikmatinya lebih jauh, tanganku yang melilit pinggang dan perutnya, bergerak lebih keatas, punggung lenganku menyentuh bagian bawah payudaranya, tanganku bagaikan papan melintang yang bertugas menyangga sang payudara agar tak terjatuh. Maya seolah tak peduli dengan reaksiku, dia nampak serius menyimak lagu yang dibawakan penyanyi dipanggung itu, aku sendiri semakin tak perduli, pikiranku hanya satu, bagaimana menikmati sensasi ini, hingga terpuaskan.

Pantatku bergoyang seolah turut menikmati lagu yang dibawakan sang penyanyi tersebut, padahal kemaluanku berdenyut keras, mencari sensasi lain yang lebih nikmat, dalam pikiranku seakan Maya ikut menikmati sensasi yang kuberikan, ikut menggoyangkan pantatnya yang bulat dan besar, mundur kebelakang, memberikan lehernya untuk kucium dan mengarahkan tanganku untuk bergerak keatas menyentuh payudaranya yang ranum, semakin membesar dan mengeras serta memintaku untuk meremasnya. Maya seolah mengerti akan keinginanku, diraihnya pantatku dengan lengannya, menariknya dari belakang seolah menyuruhku untuk menempelkannya lebih rapat pada belahan pantatnya.

Entah apa yang dirasakan olehnya, fantasi liar yang mungkin telah kuberikan padanya seolah menghanyutkan dirinya, melirik mataku dengan pandangan sayu, antara menyuruhku terus untuk melanjutkan apa yang telah kumulai atau memintaku berhenti. Suara intermezo MC dipanggung seakan menyadarkanku atas apa yang terjadi, menghela napas yang tertahan, melepaskan semua napsu birahi yang menyengatku. Melepaskan pelukanku terhadapnya.

“May, lagunya sudah habis tuh, kita pulang yuk ?” kataku kepadanya.
Maya yang sepertinya enggan, namun menyadari bahwa hari telah larut, melangkahkan menjauhiku berputar menuju pintu depan kiri mobil, sekilas aku memandang sosok wanita muda bongsor dengan tubuh yang baru mekar ini, membuka pintu dan masuk kedalam mobil. Aku mengikutinya membuka pintu kiri mobil, duduk, menarik napas dalam-dalam dan melepaskannya sekaligus, menyalakan mobil, menekan gas serta mengarahkannya kembali kerumah.

Tak ada percakapan yang terjadi didalam perjalanan kami pulang, aku seolah tak berani memandang gadis ini, segala pikiran berkecamuk dalam otakku, mengharapkan bahwa semua yang baru saja terjadi tidaklah benar2 terjadi, sesekali aku melirik Maya, pandangan matanya menghadap kaca disampingnya melihat kegelapan, sesekali mengikuti arah lampu yang kulewati, seolah2 ingin melupakan apa yang terjadi.

Tiba di depan rumah, pas didepan gerbang, aku hendak menyuruhnya turun untuk membuka pintu gerbang, namun kulihat matanya terpejam. Dengan terpaksa aku turun untuk mendorong pintu gerbang, memasukkan mobil ke garasi, membangunkannya, memberitahukan bahwa telah sampai dirumah.

Maya terbangun, mengucek-ngucek matanya, membuka pintu mobil, terus melangkah gontai menyusuri pintu samping menuju keatas ke kamarnya. Melanjutkan tidur, bukannya ngerjain tugas.

to be continue........

0 comments:

Post a Comment

 

© Black Newspaper Copyright by Wanita Yang Haus Seks | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks